![]() |
| Pesanggrahan Cakra Manggilingan Nusantara gelar prosesi Narosan Putri Ki Mahesa Wong, wujud nyata pelestarian budaya Jawa dan semangat uri-uri budaya di tengah masyarakat. |
Namun, lebih dari sekadar acara keluarga, prosesi ini menjadi wadah pelestarian budaya Jawa yang digagas langsung oleh Ki Mahesa Wong, Pangarso Yayasan Cakra Manggilingan Nusantara. Dengan sentuhan khasnya, ia menjadikan narosan tersebut ajang uri-uri budaya, menampilkan ragam seni tradisi seperti bantengan dan jaranan yang sukses menarik perhatian warga sekitar.
“Lamaran ini kami kemas sebagai bentuk cinta pada budaya Jawa. Kami ingin masyarakat kembali merasa memiliki dan bangga terhadap tradisi leluhur,” tutur Ki Mahesa Wong kepada awak media.
Tidak hanya menghadirkan tontonan budaya, kegiatan ini juga menjadi ruang kebersamaan bagi masyarakat setempat. Warga sekitar dilibatkan aktif, mulai dari pengelola parkir, UMKM, hingga perangkat desa. Semua bersinergi untuk menghadirkan suasana guyub rukun yang menjadi ciri khas kehidupan masyarakat Jawa.
Ki Mahesa Wong menjelaskan, Pesanggrahan Cakra Manggilingan Nusantara bukan sekadar tempat ritual atau pertemuan spiritual, tetapi juga pusat aktivitas kebudayaan yang rutin menggelar mocopatan, sarasehan budaya, tari tradisional, serta pelatihan gamelan bagi generasi muda.
“Budaya tidak boleh hanya dikenang, tapi harus dihidupkan. Melalui kegiatan seperti ini, kami ingin menanamkan nilai-nilai kearifan lokal dan kebanggaan terhadap seni tradisi,” tegasnya.
Prosesi narosan Tiara dan Arif pun menjadi simbol penyatuan dua keluarga besar sekaligus peneguhan tekad untuk terus menjaga warisan leluhur di tengah gempuran modernisasi.
Dengan semangat pelestarian yang konsisten, Pesanggrahan Cakra Manggilingan Nusantara terus bertransformasi menjadi ruang edukasi budaya tempat di mana nilai-nilai kebersamaan, harmoni, dan nasionalisme kultural tumbuh subur untuk diwariskan lintas generasi.(Red)


