Hadir dalam kesempatan tersebut, Sentono Inggil bersama jajaran Paguyuban Kerabat Surakarta (PAKASA) Malang Raya, di antaranya KRA Rois, KRAT Sonny, Dr. KRT M. Odik, Resi Suprijanto, dan MNg Ferri A. Unt. Mereka duduk sejajar dengan penuh tata krama, mengenakan busana adat kebesaran, memperlihatkan wibawa sekaligus penghormatan pada budaya keraton.
![]() |
Foto : KRA Dwi Indrotito Adiningrat, SH., MM |
Menurut KRA Dwi Indrotito Adiningrat, SH., MM, kehadiran rombongan PAKASA Malang Raya bukan sekadar agenda seremonial, melainkan cermin komitmen dalam merawat warisan leluhur.
“Partisipasi kami adalah bentuk uri-uri budaya Keraton Surakarta Hadiningrat, sekaligus menegaskan kesetiaan kami sebagai kawulo dalem. Tradisi ini harus tetap dijaga agar tidak luntur di tengah arus zaman,” ungkapnya.
Pisowanan Grebeg Mulud sendiri memiliki makna mendalam. Tradisi ini digelar setiap tahun pada bulan Maulud penanggalan Jawa sebagai wujud syukur, penghormatan, serta bentuk spiritualitas masyarakat Jawa yang berpadu dengan nilai-nilai luhur keraton. Suasana sakral semakin terasa dengan kehadiran para sentono, abdi dalem, hingga masyarakat yang turut larut dalam doa dan ritual kebudayaan.
Kehadiran PAKASA Malang Raya juga menjadi simbol kebersamaan dan kesetiaan lintas daerah dalam menjaga hubungan erat dengan Keraton Surakarta. Hal ini sekaligus menegaskan bahwa nilai-nilai budaya Jawa tidak hanya hidup di lingkup keraton, tetapi juga dijaga dan diwariskan hingga ke berbagai daerah.
Dengan kehadiran para tokoh budaya dan masyarakat, Grebeg Mulud 1959 Dal ini diharapkan mampu memperkuat semangat kebersamaan, menjaga warisan leluhur, serta memberikan teladan bagi generasi muda tentang pentingnya melestarikan budaya bangsa.(Ys)