Model tampil anggun dengan balutan karya desainer Asia di panggung BRICS+ Fashion Summit Moskow, membawa pesan budaya sekaligus inovasi mode berkelanjutan.
DerapHukumPos.com -- MOSKOW – Asia kini berdiri sebagai kekuatan penting dalam lanskap mode global. Hal itu terlihat jelas di ajang BRICS+ Fashion Summit yang digelar di Moskow akhir Agustus lalu. Negara-negara Asia, termasuk Indonesia, tampil percaya diri dengan membawa isu keberlanjutan, kreativitas, dan warisan budaya yang khas.Summit berskala internasional ini menjadi wadah pertemuan tokoh mode dari Asia, Afrika, Amerika Latin, hingga Eropa. Dinamika industri mode dunia pun mulai bergeser ke pasar negara berkembang, dengan Asia memainkan peran kunci sebagai motor pertumbuhan.
Sesi khusus Asia di BRICS+ Fashion Summit menyoroti pengaruh kawasan ini dalam industri mode global, dengan Indonesia hadir sebagai salah satu motor penggerak utama.
Indonesia turut mendapat sorotan melalui kehadiran Ali Charisma (Indonesian Fashion Chamber), Liliek Setiawan (Asosiasi Tekstil Indonesia), dan Rizal Rakhman (PT Pan Brothers Tbk). Mereka menyoroti pentingnya pertukaran lintas budaya, circular fashion, hingga potensi serat alami Indonesia seperti bambu, kelapa, dan rami untuk mendukung industri mode berkelanjutan.
“Melalui peragaan busana, pameran, dan diskusi, kita bisa memperkenalkan narasi budaya masing-masing, mematahkan stereotip, sekaligus membangun penghargaan terhadap keberagaman di industri mode global,” ungkap Ali Charisma.
Sementara itu, Liliek Setiawan menegaskan perlunya dorongan pasar agar produksi serat alami ramah lingkungan bisa berkembang dalam skala besar. “Semua bergantung pada hukum permintaan dan penawaran. Karena itu mari kita mulai mengenakan pakaian dari serat alami,” ujarnya.
Dalam tiga tahun terakhir, BRICS+ Fashion Summit telah mempertemukan perwakilan industri dari 109 negara. Kehadiran Asia, khususnya Indonesia, semakin menegaskan peran kawasan ini sebagai kekuatan visioner yang mampu mengarahkan masa depan industri mode global. (Hold)
.jpg)
