![]() |
Lebih dari 85% beras premium dan 88% beras medium tidak sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan. |
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan keprihatinannya atas kondisi harga beras yang terus meningkat sejak Juni 2025. "Kami temukan ada kejanggalan ketika pasokan beras seharusnya melimpah, tetapi harga terus naik. Ini menjadi sinyal kuat adanya masalah distribusi atau manipulasi pasar," ujarnya dalam pernyataan resmi.
Merespons laporan tersebut, Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri bergerak cepat. Hasil penyelidikan lapangan yang dilakukan pada 6–23 Juni di 10 provinsi mengungkapkan bahwa dari 268 sampel beras dari 212 merek, mayoritas tidak memenuhi standar mutu dan bahkan dijual melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET).
"Kami mendapati bahwa lebih dari 85% beras premium dan 88% beras medium tidak sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan. Bahkan hampir seluruh beras medium dijual di atas HET," kata Brigjen Helfi Assegaf, Kasatgas Pangan Polri, dalam konferensi pers di Bareskrim, Kamis (24/7).
Sebanyak 201 ton beras dari berbagai merek kemudian disita sebagai barang bukti, termasuk ribuan kantong kemasan 2,5 dan 5 kilogram. Selain itu, dokumen penting seperti hasil uji laboratorium, sertifikat merek, dan izin edar perusahaan juga turut diamankan.
Satgas Pangan akan melanjutkan penyidikan dengan pemeriksaan intensif terhadap produsen yang diduga terlibat dalam peredaran beras tak sesuai standar. Brigjen Helfi menegaskan bahwa proses hukum akan terus bergulir hingga penetapan tersangka dilakukan.
Akibat peredaran beras oplosan dan manipulasi mutu ini, negara dan masyarakat diperkirakan mengalami kerugian hingga Rp 99,35 triliun.(Mst)