Mengangkat semangat gotong royong, kegiatan edukasi ini dikemas dalam bentuk syukuran yang dihadiri ratusan warga di kediaman Ketua DKN, Bambang GW. Forum ini tidak hanya menjadi ajang silaturahmi, tetapi juga wadah berbagi ilmu tentang aset digital dan transformasi ekonomi global.
“Teknologi digital sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Masyarakat perlu memahami dan memanfaatkannya, termasuk blockchain yang kini mengubah sistem keuangan dunia melalui cryptocurrency,” ujar Bambang, Senin (07/07).
Dalam pemaparannya, Bambang menjelaskan sejarah singkat kemunculan cryptocurrency, mulai dari konsep awal “B-money” oleh Wei Dai pada 1998, hingga lahirnya “Bit Gold” oleh Nick Szabo di tahun yang sama. Momentum besar terjadi pada 2008 saat Bitcoin diperkenalkan oleh sosok misterius bernama Satoshi Nakamoto.
“Sejak itu, dunia mata uang digital terus berkembang. Ethereum hadir pada 2015 dengan konsep smart contract, dan kini ada ribuan token digital yang menjadi bagian dari ekosistem blockchain,” jelasnya.
Melihat tren dan peluang ini, DKN mendorong masyarakat desa untuk mulai memahami ekosistem digital. Forum-forum diskusi dan literasi yang digagas DKN terbukti efektif membangun kesadaran warga akan pentingnya beradaptasi di era digital.
“Desa bukan objek pembangunan, tapi subjek. Warga desa adalah tulang punggung ekonomi bangsa. Maka dari itu, kami hadir bukan untuk memberi janji, tapi untuk membagikan ilmu dan membangun kekuatan dari bawah,” tegas Bambang.
Antusiasme warga terlihat jelas selama acara berlangsung. Sejumlah peserta bahkan mengaku telah memperoleh penghasilan tambahan berkat bimbingan dan pendampingan DKN dalam memahami aset digital.
Menurut Bambang, hal ini menjadi bukti bahwa literasi digital dapat memberi dampak nyata jika disampaikan dengan pendekatan yang tepat dan membumi. “Bagi kami, hidup bersama adalah prinsip, dan hidup yang layak adalah hak yang harus diperjuangkan,” pungkasnya.(Red)